Ancaman Tuhan Kepada Orang Sengaja Tidak Mahu Membayar Hutang
Hutang merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi keperluan ketika mengalami masalah kewangan. Tidak hanya kepada sanak dan saudara, berhutang biasanya juga dilakukan kepada pihak bank , institusi kewangan dan sebagainya.
Semasa keadaan terdesak,pertolongan orang lain dalam bentuk hutang ini memang sangat diperlukan. Namun ramai orang yang ambil gampang dalam info membayar hutang,serta menunda-nunda pembayarannya hingga lewat dalam tempoh yang ditetapkan, padahal mereka bisa untuk membayarnya.
Kadang kala orang yang meminjamkannya yang harus berusaha keras menagih hak mereka. Ini merupakan sebuah bentuk tindakan kezaliman dan merugikan orang lain. Ancamannya pun tidak main-main dan menciptakan anda berfikir berulang kali untuk menunda bayar hutang. Apakah ancamannya? Berikut ulasannya.
Untuk sanggup diketahui bersama bahawa hutang akan terus dipertanggungjawabkan kepada si peminjam walaupun ia sudah meninggal dunia.Inilah bersama-sama paling berbahaya, ketika seseorang menunda-nunda pembayaran hutangnya, mereka juga harus mengingat bahwa selesai hidup bisa tiba bila-bila saja. Jika nyawa keluar dari jasad sementara diri masih berhutang maka akan sangat susah untuk membayarnya.
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih mempunyai hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilangsaikan dengan kebaikannya (di hari selesai zaman nanti) kerana di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani menyampaikan bahwa hadits ini shahih).
Hadis di atas ditujukan ketika hari selesai zaman nanti, sementara ketika masih di alam Barzah menunggu hari selesai zaman akan lain lagi ceritanya. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahawa orang yang masih berhutang dalam keadaan sudah meninggal, maka rohnya akan tergantung hingga ada keluarga yang membayarkan untuknya.
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga ia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078 dan Ibnu Majah no. 2413. Syaikh Al Albani menyampaikan bahwa hadis ini shahih).
Bergantung dalam hadis di atas berdasarkan Al ‘Iroqiy ialah tidak boleh dikatakan selamat atau sengsara hingga dilihat hutangnya tersebut lunas atau kah tidak. Hal ini menjadi tangungjawab bagi waris untuk segera melunaskannya.
Ancaman ini ialah bagi orang yang mempunyai harta namun tidak mahu membayar hutang, akan tetapi bagi mereka yang tidak mempunyai harta, namun bertekad melunasi, maka Yang Mahakuasa SWT akan menawarkan proteksi untuk melangsaikan hutangnya tadi. Hal ini dijelaskan dalam beberapa hadis.
“Allah akan bersama (memberi proteksi pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) hingga ia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang tidak boleh oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani menyampaikan bahawa hadis ini shahih).
Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa orang-orang yang berhutang namun berniat tidak mahu membayar akan digolongkan dalam kategori golongan pencuri di alam abadi kelak. Mereka akan mendapat eksekusi layaknya eksekusi yang akan didapatkan para pencuri.
“Siapa saja yang berhutang kemudian berniat tidak mau melunasinya, maka ia akan bertemu Yang Mahakuasa (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani menyampaikan bahwa hadits ini hasan shahih). Al Munawi mengatakan, “Orang menyerupai ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi jawaban sebagaimana mereka.” (Faidul Qodir, 3/181)
Semoga kita senantiasa menjadi Hamba yang takut untuk menunda-nunda membayar hutang dan menjadi orang yang selalu berniat untuk segera melunasi hutang-hutang yang pernah dipinjam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang paling di antara kalian ialah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)
ROH ORANG MENINGGAL TERGANTUNG SELAGI HUTANG TIDAK DIBAYAR
Dalam Islam duduk kasus hutang ialah sesuatu yang berat dan akan dipertanggungjawabkan di alam abadi kelak. Orang yang berhutang wajib berusaha untuk membayar dan melunasi hutangnya.
Jika seseorang meninggal dunia dan masih tidak membayar hutang,dikhuatiri keadaannya akan menyerupai yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW:
“Nyawa (ruh) mukmin bergantung akhir hutangnya sebelum dilunasi.”(HR Ahmad dan ash-habus sunan).
Bahkan Rasul saw bersabda, “Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang.” (HR Muslim).
Hadist-hadist di atas berdasarkan para ulama berlaku bagi orang yang bersama-sama bisa dan punya harta tetapi tidak ada niat melunasi.
Sementara bagi yang memang tidak punya harta dan tidak punya kemampuan untuk melunasi, padahal ia ingin melunasi, maka Yang Mahakuasa yang akan melunaskan baginya menyerupai disebutkan dalam Shahih Bukhari.
Jika kembali kepada hadits pertama bahawa roh mukmin bergantung dengan hutangnya sebelum dilunasi bererti ia gres bebas dari keadaan yang tidak terang itu bila hutangnya dilunasi.
Kerana itu yang seharusnya dilakukan sehabis mayit yang punya hutang itu meninggal,waris perlu memaikan peranan untuk membayar semua hutangnya menerusi harta yang ditinggalkan sebelum dibahagikan kepada mahir waris .
Dalam keadaan keluarga atau sahabatnya tidak ada yang bisa membayarkan hutang mayat, hendaknya mereka meminta kerelaan pihak pemberi hutang untuk menghalalkan si mayit dengan hutang tersebut.
Dan jikalau pihak pemberi hutang, baik diminta maupun tidak diminta, telah membebaskannya dari jerat hutang tadi atau mengikhlaskannya, maka hal itu akan menjadi amal kebaikan yang sangat besar bagi pemberi hutang dan boleh menciptakan roh mayit tidak lagi bergantung. Wallahu a’lam
loading...